Subscribe
Add to Technorati Favourites
Add to del.icio.us
5.28.2008

Berkat Game Pernikahan Jadi Langgeng

Diposting oleh Cyber 707




Screenshot Rock Band (harmonix)



Jakarta - Seorang wanita membuat pengakuan, ia ingin cerai dari suaminya yang pecandu game. Namun, justru game yang menghangatkan kembali hubungan mereka. Inilah kisahnya.

Rachel Shukert adalah seorang wanita pada umumnya di New York yang tinggal bersama suaminya di sebuah apartemen. Hal yang paling mengganggu Rachel adalah kecanduan suaminya, seorang pria 30 tahun bernama Ben, pada game di Xbox.

Seperti dikutip detikINET dari esainya di Salon.com, Rabu (28/5/2008), Rachel mengaku telah mempertimbangkan dan mencoba berbagai saran di internet untuk menghadapi suaminya. Mulai dari 'berdoa' hingga berteriak di kuping suaminya.

Pada satu kesempatan Rachel bahkan sengaja membuka pakaiannya sedikit demi menampilkan pakaian dalam berendanya untuk memancing gairah seksual sang suami, apapun agar sang suami tak terpaku pada layar. Rachel pun melanjutkan upaya percumbuan itu dengan menekankan dadanya ke lengan Ben. "Sayang! Aku sedang membunuhi Nazi nih!" ujar Ben sambil menampik aksi itu.

Setelah semua upaya gagal, dengan frustasi dan kesal Rachel pun mengancam Ben. "Kalau kamu tak berhenti bermain sekarang juga, saya akan mengajukan cerai!" tukas Rachel.

Tapi Ben seperti tak mendengarnya. Pasalnya, sang suami tercinta selalu bermain game sambil menggunakan headphone yang dilengkapi peredam suara.

Pencerahan muncul pada suatu musim dingin, ketika Ben membawa pulang game Rock Band lengkap dengan perangkat gitar, drum dan mikrofon.

"Aku pikir ini bisa jadi sesuatu yang kita lakukan, saat terjebak di rumah dan tak ada orang lain," ujar Ben.

"Berdua?" tanya Rachel.

"Ya. Kamu pasti suka," lanjut Ben sambil tersenyum.

Seperti Guitar Heroes, Rock Band adalah game mencocokkan nada dan waktu: artinya pemain harus menekan tombol yang tepat pada waktu yang tepat untuk mengeluarkan nada yang tepat. Namun bedanya, selain gitar Rock Band juga menyediakan perlengkapan drum dan mikrofon. Sehingga bukan hanya pura-pura jadi gitaris, pemain bisa menjadi vokalis atau drummer band ternama.

"Saat aku duduk di depan drum palsu itu, sesuatu di dalam diriku berubah. Bukan hanya lumayan, aku ternyata jago, sangat jago (dalam permainan itu). Penonton palsu bersorak, band palsu kami lanjut ke tur keliling dunia dan bermain di kota-kota besar Eropa. Saat akhirnya kami diundang untuk bermain di Hall of Fame, suamiku berpaling padaku dan tersenyum," tutur Rachel.

"Apa pendapatmu?" kata Ben.

"Aku suka! Tapi tanganku sakit," ujar Rachel.

Ben menggenggam tangan Rachel dan menciumnya lembut. "Istirahat dulu yuk!" ujar Ben.

"Jangan dulu! Aku mau latihan 'Enter Sandman'," ujar Rachel.

"Yah, kalau begitu aku tidur duluan. Kalau mau, kamu bisa pakai headphone-ku," Ben melanjutkan.

Namun Rachel memutuskan untuk tidak terus bermain. "Kadang kita harus melarikan diri dalam lamunan untuk menghadapi kenyataan. Dan jika suatu kali kamu bisa melakukan pelarian itu bersama dengan orang lain, itu adalah hal terbaik yang bisa kamu dapatkan. Untuk pertamakalinya sejak waktu yang lama saya mendapati suami saya tanpa headphone di telinganya. Saya tak mau menjadi orang yang memakaikan headphone itu lagi," Rachel menutup esainya.

>>sumber<<

0 komentar: